#GinTravel Chuon Ek Killing Fields dan Toul Sleng Genocide Museum

by - Mei 12, 2019



Saya ingat sewaktu kecil, saya menonton film berjudul "Killing Fields"yang berkisah tentang kisah sejati persahabatan antara wartawan Amerika dan Kamboja di era kekuasaan Pol Pot. Film ini sukses membuat saya menangis tersedu-sedu.  Sedikit info, tahun 1975-1979 adalah tahun dimana Kamboja merana. Sebagian populasi Kamboja berkurang dalam aksi genosida yang di lakukan pada masa kekuasaan Partai Komunis Kamboja (Khmer Rouge / Khmer Merah), yang dipimpin oleh Pol Pot. Tidak perduli siapa kamu, profesimu, apakah kamu anak-anak atau orang dewasa, ikut menjadi korban dari aksi Genosida tersebut.

Hari terakhir, saya memutuskan untuk mengunjungi Chuon Ek Killing Fields dan Tuol Sleng Genocide Museum ( dahulu: Security Prison 21). Sebenarnya, ada beberapa Killing Fields yang tersebar di seluruh Kamboja. Namun, salah satu yang terbesar adalah Chuon Ek Killing Fields. Lokasinya sendiri berada di pinggiran kota, sekitar 40 menit dari kota Phnom Penh. Tiket masuknya sendiri adalah USD 3 dan sudah termasuk dengan audio tour.






Pohon ini, adalah satu pohon yang membuat saya mengelus dada saya. Dari keterangannya sudah terlihat, bahwa di pohon inilah, banyak anak yang tidak berdosa disiksa hingga menemui ajal mereka.

Ditengah Killing Fields juga terdapat sebuah temple, yang didedikasikan untuk mendoakan para korban dari kejahatan Genosida ini. Isi dari tempel tersebut adalah sekumpulan tengkorak yang di klasifikasi menurut umur dan cara meninggal, yang ditemukan di sekitar Killing Fields ini.

Selepas Killing Fields, saya melanjutkan perjalanan saya menuju Tuol Sleng Genocide Museum yang sebenarnya terletak dekat sekali dengan hotel tempat saya menginap. Tuol Sleng Genocide Museum sendiri merupakan tempat persinggahan pertama para tawanan Khmer Rouge untuk di introgasi sebelum akhirnya pindah ke Killing Fields. Tuol Sleng Genocide Museum atau dahulu bernama Security Prison 21 sejatinya adalah gedung sekolah yang di alih fungsikan menjadi penjara. Tiket masuk Tuol Sleng Genocide Museum sendiri adalah USD 12 (dengan audio tour) lalu sekitar USD 5 tanpa audio. Tetapi, saya sarankan untuk memakai audio, sehingga mengetahui jalan cerita yang sebenarnya.


Banyak foto yang dipamerkan dalam museum ini, yang menjadi bukti kekejaman Khmer Rouge saat itu. Dari mulai foto para tawanan (yang tersimpan rapih untuk dokumentasi Khmer Rouge), sampai para pekerja di Tuol Sleng Genocide Museum saat itu, yang kebanyakkan adalah anak-anak dibawah umur, sampai dokumentasi kematian para korban yang meninggal saat interogasi.

Walaupun saat di Killing Fields saya bisa menahan emosi saya untuk tidak menangis, di Tuol Sleng ini lah tangis saya pecah. Saya sampai mematikan audio tour saya berkali-kali, karena tidak kuat mendengar cerita dari Tuol Sleng Genocide museum ini. Saya bukan orang yang mudah menangis (true scorpion right here!), tetapi siapa yang tahan mendengar kisah penyiksaan, terlebih kepada orang yang tidak bersalah.


Tidak kuat (Yes, I was that emotional!), saya akhirnya memutuskan keluar dan mendinginkan hati sambil meminum kopi susu sebelum akhirnya kembali ke hotel untuk bersiap pulang.
Jadi, kalau ditanya jika mempunyai sisa 4 jam untuk berjalan-jalan di Phnom Penh, ini salah satu alternatifnya!

Akhirnya! waktunya saya kembali ke realita (a.k.a kembali ke Jakarta).Ah! sebenarnya masih ingin jalan-jalan nih, ya tapi apa boleh buat. Kalau tidak pulang, tidak bisa punya uang untuk jalan-jalan ke tempat lain! (HEHE).

So, Akourn Cambodia! see you when I see you!

You May Also Like

0 comments